Selayang Pandang Kota Karawang



Kabupaten Karawang adalah sebuah kabupaten di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibukotanya adalah Karawang. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bekasi dan Kabupaten Bogor di barat, Laut Jawa di utara, Kabupaten Subang di timur, Kabupaten Purwakarta di tenggara, serta Kabupaten Cianjur di selatan ini memiliki luas wilayah 1.737,53 km 2 , dengan jumlah penduduk 2.125.234 jiwa ( sensus 2010) yang dimaksud berkepadatan 1.223 jiwa per km 2 . Pada tahun 2012-an Kabupaten Karawang sedang dibanjiri proyek-proyek besar yaitu Summarecon, Agung Podomoro, Agung Sedayu, Metland dan lain-lain.

Rencananya Karawang akan memiliki bandara internasional, dan kereta cepat yang berada di selatan kota Karawang .. Sejarah Monumen Gempol Ngadeupa di Karawang Selatan, Dalam catatan sejarah indonesia, Pada tanggal 16 Agustus 1945, Bung Karno bersama rengrengannya merumuskan Kemerdekaan Republik Indonesia di Rengas Dengklok, namun sejarah tidak pernah melaporkan Nilai perjuangan di Karawang Selatan, yang ternyata begitu luar biasa.


SEJARAH KABUPATEN KARAWANG
Bila kita melihat jauh ke belakang, ke arah Tarumanegara hingga lahirnya Kabupaten Karawang di Jawa Barat, Berturut-MahaSembu akan membentuk pemerintahan yang teratur, baik dalam sistem pemerintahan pusat (Ibu Kota). Pemegang kekuasaan yang berbeda, seperti Kerajaan Taruma Negara (375-618) Kerajaan Sunda (Awal Abad VIII-XVI). Pemerintahan Galuh, yang merupakan diri dari Kerajaan Taruma Negara, atau Kerajaan Sunda pada tahun 671 M. Kerajaan Sumedanglarang (1580-1608, Kasultanan Cirebon (1482 M) dan Kasultanan Banten (Abad XV-XIX M).
Sekitar Abad XV M, agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh Ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusuf Idofi, dari Champa, yang terkenal dengan 
sebutan Syeikh Quro, sebab disamping ilmunya yang sangat tinggi, beliau adalah seorang Hafidh Al-Quran yang bersuara merdu. Kemudian ajaran agama islam tersebut disampaikan oleh para Wali yang disebut Wali Sanga. Setelah Syeikh Quro Wafat, tidak diceritakan dimakamkan dimana. Hanya saja, yang ada dikampung Pulobata, Desa Pulokalapa, Kecamatan Lemahabang Wadas, Kabupaten Karawang, merupakan maqom (di mana Syech Quro pernah Tinggal).
Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa. Hal ini menjadi sentuhan Karawang berasal dari bahasa Sunda. Ke-rawa-an maksud tempat berawa-rawa. Nama tersebut sesuai dengan keadaan yang ada di Karawang yang berawa-rawa, bukti lain yang dapat digunakan untuk itu. Selain sebagian rawa-rawa yang masih tersisa saat ini, banyak nama tempat diawali dengan kata rawa, seperti: Rawasari, Rawagede, Rawamerta, Rawagempol dan lain-lain.
Keberadaan daerah Karawang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di daerah Bogor. Karena Karawang di masa itu, merupakan salah satu yang paling penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran denga Galuh Pakuan, yang Berpusat di Ciamis. Sumber lain menyebutkan, bahwa buku-buku Portugis (Tahun 1512 dan 1522) menerangkan bahwa: Pelabuhan-pelabuhan penting dari kerajaan Pajajaran adalah: “CARAVAN“ sekitar muara Citarum ”, Yang disebut CARAVAN, dalam hal ini adalah daerah Karawang, yang memang menguasai sekitar Sungai Citarum.
Sejak dahulukala, bila orang-orang yang bergoyang akan melewati daerah-daerah rawa, untuk menuju, mereka pergi berkafilah-kafilah dengan menggunakan hewan seperti Kuda, Sapi, Kerbau atau, Keledai. Demikian pula halnya yang mungkin terjadi pada zaman dulu, kesatuan-kesatuan kafilah dalam bahasa Portugis yang disebut “CARAVAN” yang berada terpisah muara Citarum sampai menjorok ke arah pedalaman dengan sebutan “CARAVAN” yang kemudian berubah menjadi Karawang. Dari Pakuan Pajajaran ada sebuah jalan yang bisa melalui Cileungsi atau Cibarusah, Warunggede, Tanjungpura, Karawang, Cikao, Purwakarta, Rajagaluh Talaga, Kawali, dan berpusat di kerajaan Galuh Pakuan di Ciamis dan Bojonggaluh.
Luas Kabupaten Karawang pada saat itu tidak sama dengan luas Kabupaten Karawang masa sekarang. Pada saat itu Kabupaten Karawang mencakup Bekasi, Subang, Purwakarta dan Karawangsendiri.
Setelah Kerajaan Pajajaran runtuh pada tahun 1579 M, pada tahun 1580, berdiri Kerajaan Sumedanglarang, sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun, Putera Ratu Pucuk Umum (Didiskusikan juga Pangeran Istri) dengan Pangeran Santri Keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon.
Kerajaan Islam Sumedanglarang pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan, Sukakerta dan Karawang. Pada tahun 1608 M, Prabu Geusan Ulum wafat digantikan oleh puteranya Ranggagempol Kusumahdinata, putera Prabu Geusam Ulum dari opera Harisbaya, keturunan Madura. Pada masa itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613-1645), Salah satu cita-cita Sultan Agung di masa pemerintahannya adalah dapat menguasasi Pulau Jawa dan menguasai Kompeni (Belanda) dari Batavia.
Rangggempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumedanglarang masih memiliki hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengajui kekuatan mataram. Maka pada tahun 1620, Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan Kerajaan Sumdeanglarang dibawah naungan Kerajaan Mataram, Sejak itu Sumedanglarang dikenal dengan sebutan "PRAYANGAN". Ranggagempol Kusumahdinata, oleh Sultan Agung diangkat menjadi Bupati Wadana untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah disebelah Timur Kali Cipamali, sebelah Barat Kali Cisadane, dsebelah Utara Laut Jawa dan, disebelah Selatan Laut Kidul. Karena Kerajaan Sumedanglarang ada di bawah naungan Kerajaan Mataram, maka dengan sendirinya Karawang pun berada di bawah kekuasaan Mataram.
Pada Tahun 1624 Ranggagempol Kusumahdinata wafat; dimakamkan di Bembem Yogyakarta. Sebagai penggantinya, Sultan Agung mengangkat Ranggagede, putra Prabu Geusan Ulun, dari istri Nyimas Gedeng Waru dari Sumedang, Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang mestinya menerima Tahta Kerajaan. Merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten, untuk meminta bantuan Sultan Banten, agar dapat menaklukan Kerajaan Sumedanglarang. Dengan Imbalan aktif, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Sultan Banten. Itu banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah pimpinan Pangeran Pager Agung, dengan bermarkas di Udug-udug.
Pengiriman bala tentara Banten ke Karawang, dilakukan Sultan Banten, bukan saja untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai Karawang sebagai persiapan kembali Pelabuhan Banten, yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda) yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa.
Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram, pada tahun 1624 Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung Jawa Timur, untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 jiwa dan keluarga, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk menghapus Karawang dari int Banten. Mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti penyerangan rute Mataram ke Batavia.
Di Banyumas, Aria Surengrono meninggalkan 300 jiwa dengan keluarga untuk mempersiapkan Logistik dan penghubung ke Ibu kota Mataram. Dari Banyumas perjalanan dilanjutkan dengan melotelis melewato Tegal, Brebes, Cirebon, Indramayu dan Ciasem. Di Ciasem Penginapan 400 lagi dengan keluarga, kemudian perjalanan lagi ke Karawang.
Setibanya di Karawang, DENGAN Sisa 300 Prajurit Dan keluarganya, Aria Surengrono, menduga bahwa Tentara Banten Yang bermarkas di udug-udug, mempunyai Pertahanan Yang Sangat KUAT, KARENA ITU Perlu di imbangi DENGAN kekuatan Yang memadai pula.
Langkah awal yang dilakukan Surengrono ada 3 (Tiga) Desa yaitu desa Waringinpitu (Telukjambe), Parakan Sapi (di Kecamatan Pangkalan) yang kini telah terendam udara Waduk Jatiluhur) dan desa Adiarsa (sekarang termasuk di Kecamatan Karawang, pusat kekuatan di desa Waringipitu.
Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dan Mataram, Aria Wirasaba belum juga mengumumkan tugas yang sedang dilaksanakan Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung memiliki anggapan bahwa tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.
Pengabdian Aria Wirasaba selanjutnya, yang lebih banyak menyeragamkan misi selanjutnya yaitu menjadikan Karawang menjadi “lumbung padi” sebagai persiapan rencana Sultan Agung melanggar Batavia, melucuti pemerintahan perang.
Di desa Adiarsa, sangat menonjol sekali perjuangan keturunan Aria Wirasaba. Sementara keturunan Aria Wirasaba oleh Belanda hanya dianggap sebagai patih di bawah kedudukan Bupati dari keturunan Singaperbangsa, tetapi ditinjau dari Segitiga perjuangan melawan Belanda, layak mendapat penghargaan dan penghormatan.
Karena perlawanannya terhadap Belanda, akhirnya Aria Wirasaba II oleh Belanda dan ditembak mati di Batavia, Kuburannya ada di Manggadua, di dekat Makam Pangeran Jayakarta.
Putra Kedua Aria Wirasaba, yang bernama Sacanagara bergelar Aria Wirasaba III, berpendirian sama dengan Aria Wirasaba I dan II, tidk mau membebaskan pada Belanda, dan juga tidak meninggalkan misi sesepuhnya, yaitu memajukan rakyat, Islam dan syiar Islam.
Aria Wirasaba III melepaskan kedudukannya sebagai patih, karena hanya dirasakannya menjadi jalur untuk mengubah rakyatnya. Setelah wafat beliau dimakamkan di Kalipicung, termasuk desa Adiarsa sekarang.
KEMATIAN SINGAPERBANGSA
Kematian Singaperbangsa, juga lebih diakibatkan oleh salah tafsir Raden Trunojoyo Bupati Panarukan yang menjadi anggota Pemerintahan Sunan Amangkurat I. Setelah Sultan Agung meninggal dalam waktu 55 tahun Sunan Amangkurat I sebagai Putera Mahkota dilantik menjadi Raja di Mataram. Almarhum Ayahnya (Sultan Agung) Sunan Amangkurat I tidak seidiologi dengan perjuangan Ayahnya Sunan Amangkurat I sangat otoriter dan kejam terhadap rakyatnya.
Bahkan Istana Mataram misalnya Mataram tempat untuk mengeksekusi sekitar 300 ulama. Karena dianggap sebagai pembangkang ulama-ulama pemimpin informal yang ditangkapi secara massal, termasuk Eyang dan Ayahnya Trunojoyoyang mati ditangan Sunan Amangkurat I.
Selama memerintah Mataram, Sunan Amangkurat I lebih berpihak kepada Kompeni, hal itu membuat rakyat Mataram marah besar. Tatkala Raden Trunojoyo memberontak bersama tentaranya yang dipimpin Natananggala, spontan mendapat dari semua pihak. Dari padepokan padepokan Islam Makasar, yang dipimpin Kraeng Galesung.
Trunojoyo seorang pemuda yang gagah dan berani, dalam waktu yang tidak terlalu lama, Pemerintahan Amangkurat I dapat diruntuhkan. Kota Plered, Jawa Tengah sebagai pusat Pemerintahan Mataram dapat dikuasai Trunojoyo. Sedangkan Sunan Amangkurat Iembang diri menuju Batavia, meminta bantuan Belanda, namun baru sampai di Tegalarum (Tegal) Sunan Amangkurat I Meninggal. Namun sebelum meninggal, ia melantik putranya yaitu Amangkurat II.
Amangkurat II sebagai Raja Mataram, perjuangannya juga tidak sejalan denga Sultan Agung (Eyangnya), ia lebih mendorong perjuangan perguliran itu Sunan Amangkurat I yang berhubungan dengan Belanda, Ia tetap berusaha Bantuan Kompeni, Ia meloloskan diri ke Batavia lewat Laut Utara.
Sementara perjuangan Aria Wirasaba dan keturunannya, tetap konsisten terhadap perjuangan Sultan Agung terdahulu, bahwa Karawang menjadi lahan pertanian Padi untuk memenuhi logistik persiapan Batavia.
Namun Jika Masih ada sebagian generasi sekarang, masih mempertanyakan nasib Aria Wirasaba, karena itu terhadap Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, Pelantikan Wedana setingkat Bupati, antara Singaperbangsa dan Aria Wirasaba, dilantik secara bersamaan. Saat itu Singaperbangsa sebagai Bupati di Tanjungpura, sedangkan Aria Wirasaba Bupati Waringipitu. Tapi mengapa kini Aria Wirasaba tidak masuk catatan Administratif Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.
Perhatikan perkataan Hoofd-Regent (Bupati Kepala) dan Tweeden-Bupati (Bupati Kedua) memang datang dari Belanda, yang menyatakan bahwa kedudukan Singaperbangsa lebih tinggi dari Aria Wirasaba. Kekuatan yang baik Bupati itu, yaitu Piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Besar, yang ditulis Sultan Agung tanggal 10 bulan Mulud Tahun Alip, sama sekali tidak menyebut yang satu lebih tinggi dari lainnya "Tapi dalam menyikapi hal ini, kita pun harus lebih arif dan bijaksana, karena setiap peristiwa memiliki teks dan kondisi yang berbeda-beda. ”(Sumber Suhud Hidayat Dalam Buku Sejarah Karawang Versi Peruri Halaman 42-51).
Demividey, Wilayah Kerajaan Mataram di sebelah Barat, pada tahun 1628 dan 1629 bala tentara kerajaan Mataram diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia. Namun demikian, serangan ini sangat berat.
Dari kegagalan itu, Sultan Agung menetapkan daerah Karawang sebagai pusat Logistik, yang harus memiliki pemerintahan sendiri dan langsung di bawah pengawasan Mataram, dan harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap dan ahli perang, mampu menggerakan masyarakat untuk membangun pesawahan, guna mendorong pengadaan logistik dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (Belanda) di Batavia.
Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa dari Galuh dengan membawa 1000 jiwa dan keluarga ke arah Karawang tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah kebebasan Karawang dari pengaruh Banten, pekerjaan sebagai upaya melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia, dll. tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang telah dianggap gagal.
Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya untuk Sultan Agung atas keberhasilannya, Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugerahi Wedana (setingkat Bupati) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III, serta sebilah keris yang bernama “KAROSINJANG” .Setelah Penganugerahan gelar yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa akan segera menuju kembali ke Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dulu ke Galuh, untuk menjenguk keluarga. Atas takdir Ilahi beliau wafat di Galuh, jabatan Bupati di Karawang, dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633-1677, Tugas pokok yang diemban Raden Adipati Singaperbangsa,
Hal itu tersirat dalam piagam Pelat Kuning Kandang Sapi Gede yang bunyi lengkapnya sebagai berikut: “Panget Ingkang piagem kanjeng ing Ki Rangga gede ing Sumedang kagadehaken ing Si astrawardana. Mulane sun gadehi piagem, Sun Kongkon anggraksa kagengan dalem siti nagara agung, kilen wates Cipamingkis, wetan watat Cilamaya, dan kon anunggoni lumbung isine pun pari limang mengambil punjul tiga welas jait. Wodening pari sinambut dening Ki Singaperbangsa, basakalatan anggrawahani piagem, lagi lampahipun kiayi yudhabangsa kaping kalih Ki Wangsa Taruna, ingkang potusan kanjeng dalem ambakta tata titi yang kalih ewu; dipunwadanahaken ing manira, Sasangpun katampi dipunprenaharen ing Waringipitu ian ing Tanjungpura, Anggraksa siti gung bongas kilen, Kala nulis piagem ing dina rebo tanggal ping sapuluh sasi mulud tahun alif. Kang anulis piagemmanira anggaprana titi “.
Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:
“Peringatan piagam raja kepada Ki Ranggagede di Sumedang diserahkan kepada Si Astrawardana. Sebabnya maka saya serahi piagam adalah karena saya memberikan tugas menjaga tanah negara agung milik raja. Di sebelah Barat berbatas Cipamingkis, disebelah Timur berbatas Cilamaya, juga saya tugaskan menunggu lumbung Isi padi lima mengambil lebih dari tiga belas jahit. Disert itulah yang dibeli oleh Ki Singaperbangsa. Basakalatan yang menyaksikan piagam dan lagi Kyai Yudhabangsa bersama Ki Wangsataruna yang diutus oleh raja untuk pergi dengan membawa 2000 keluarga. Pimpinannya adalah Kiayi Singaperbangsa dan Ki Wirasaba. Sesudah piagam diterima kemudian mereka ditempatkan di Waringinpitu dan di Tanjungpura. Tugasnya adalah menjaga tanah negara agung di sebelah Barat.
Piagan ini ditulis pada hari Rabu tanggal 10 bulan mulud tahun alif. Yang menulis piagam ini adalah anggaprana, selesai.
Tanggal yang tercantum dalam piagam pekerjaan yang dibangun untuk hari jadi Kabupaten Karawang berdasarkan hasil penelitian sejarah yang dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang nomor: 170 / PEM / H / SK / 1968 tanggal 1 Juni 1968 yang telah dilaksanakan program dari pengkajian terhadap tulisan:
  1. Dr. Brandes dalam "Tyds Taal-land En Volkenkunde" XXVIII Halaman 352,355, menetapkan tahun 1633;
  2. Dr. R Asikin Wijayakusumah dalam 'Tyds Taal-land En Volkenkunde “XXVIII 1937 AFL, 2 halaman 188-200 (Tyds Batavissc Genot Schap DL.77 , 1037 halaman 178-205) menetapkan tahun 1633;
  3. Batu nisan makam panembahan Kiyai Singaperbangsa di Manggungjaya Kecamatan Cilamaya ayat huruf latin 1633-1677;
  4. Babad Karawang yang ditulis oleh Mas Sutakarya menulis tahun 1633.
Hasil Penelitian dan pengkajian panitia tersebut menetapkan bahwa hari jadi Kabupaten Karawang pada tanggal 10 rabi'ul awal tahun 1043 H, atau bertepatan dengan tanggal 14 September 1633 M atau Rabu tanggak 10 Mulud 1555 tahun jawa / saka.
SILSILAH KEPALA DAERAH KABUPATEN KARAWANG .
  1. RADEN ADIPATI SINGAPERBANGSA (1633-1677)
Raden Adipati Singaperbangsa putra Wiraperbangsa dari Galuh (Wilayah Kerjaan Sumedanglarang) Bergelar Adipati Kertabumi IV. Di masa pemerintahan Raden Adipati Singaperbangsa, pusat pemerintahan Kabupaten Karawang berada di Bunut Kertayasa. Sekarang termasuk wilayah Kelurahan Karawang Kulon, Kecamatan Karawang Barat. Dalam melaksanakan tugasnya Raden Adipati Singaperbangsa didampingi oleh Aria Wirasaba, yang pada saat itu oleh kompeni disebut sebagai “HET TWEEDE REGENT”, sedangkan Raden Adipati Singaperbangsa sebagai “BUPATI HOOFD” .Raden Adipati Singaperbangsa, wafat pada tahun 1677, dimakamkan di Manggung Ciparage, Desa Manggung Jaya Kecamatan Cilamaya Kulon. Raden Adipati Singaperbangsa, dikenal pula dengan sebuatn Kiai Panembahan Singaperbangsa, atau Dalem Kalidaon atau disebut juga Eyang Amnggung.
  1. RADEN ANOM WIRASUTA (1677-1721)
Raden Anom Wirasuta Putra Raden Adipati Singaperbangsa bergelar Adipati Panatayudha I.Beliau dilantik menjadi Bupati di Citaman Pangkalan. Beliau setelah wafat, dimakamkam di Bojongmanggu Pangkalan, Karena beliau juga terkenal dengan sebutan Panembahan Manggu.
  1. RADEN JAYANEGARA (1721-1731)
Raden Jayanegara adalah putra Anom Wirasuta, bergelar Adipati Panatayudha II. Setela wafat beliau dimakamkan di Waru Tengah Pangkalan. Karena itu beliau dikenal juga sebagai Panembahan Waru Tengah
  1. RADEN SINGANAGARA (1731-1752)
Raden Singanagara, putra Jayanegara, bergelar Raden Aria Panatyudha III. Raden Singanagara dikenal juga dengan nama Raden Martanegara. Setalh wafat dimakamkan di Waru Hilir, Pangkalan. Karena itu beliau dikenal dengan Panembahan Waru Hilir. Pada tanggal 28 November 1994, makam Raden Anom Wirasuta (Bupati Karawang ke-2), makam Raden Jayanegara (Bupati Karawang ke-3) dan Raden Singanagara (Bupati Karawang ke-4) pindah ke Areal dekat makam Raden Adipati Singaperbangsa di Manggung Ciparage, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon.
  1. RADEN MUHAMMAD SALEH (1752-1786)
Raden Muhammad Saleh, putra Raden Singanagara, bergelar Raden adipati Panatayudha IV. Raden Muhammad Saleh juga dikenal dengan nama Raden Muhammad Zaenal Abidin atau Dalem Balon. Setelah wafat beliau dimakamkan di Serambi Mesjid Agung Karawang. Karena itu Raden Muhammad Saleh dikenal juga dengan sebutan Dalem Serambi. Pada tanggal 5 Januari 1994 Makam Raden Muhammad Saleh pindah juga kea real Manggung dekat dengan makam Raden Adipati Singaperbangsa, di Manggung Ciparage, Desa Manggungjaya, Kecamatan Cilamaya Kulon
  1. RADEN SINGASARI (1786-1809)
Raden Singasari, putra mantu Raden Muhammad Saleh, bergelar Raden adipati Aria Singasari atau Pantayudha IV. Pada tahun 1809 Raden Aria Singasari dialihtugaskan dosen Bupati Brebes Jawa Tengah. Raden Adipati Aria Singasari wafat pada tahun 1836 dan dimakamkan di Duro Kebon agung Jati Barang, Brebes Jawa Tengah. Karena beliau dikenal juga dengan sebutan Dalem Duro.
  1. RADEN ARIA SASTRADIPURA (1809-1811)
Raden Aria Sastradipura, putra Raden Muhammad Saleh, beliau ditugaskan sebagai Cutak (Demang) setingkat Patih dengan tugas pekerjaan Bupati.
  1. RADEN ADIPATI SURYALAGA (1811-1813).
Raden Adipati Suryalaga, pada waktu kecil bernama Raden Ema, putra putra Sulung Raden Adipati Suryalaga, Bupati Sumedang (1765-1783) Raden Suryalaga, adalah saudara misan dan menantu Pangeran Kornel, yaitu Suami dan Putri Pangeran Kornel yang bernama Nyi Raden Ageng, Raden Adipati Suryalaga wafat di Talun Sumedang. Karena itu beliau juga terkenal dengan sebutan Dalem Talun.
  1. RADEN ARIA SASTRADIPURA (1831-1820)
Raden Aria Sastradipura, putra Muhammad Saleh (Bupati Karawang ke-5). Untuk kedua kalinya sebagai Cutak di Karawang, setelah yang pertama pada Periode tahun 1809-1811. Pada tahun 1813 Kabupaten Karawang dihapuskan, tetapi pada tahun 1821 bergerak kembali dengan pusat pemerintahan berkedudukan di Wanayasa, Purwakarta.
PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN DI PURWAKARTA.
  1. RADEN ADIPATI SURYANATA (1821-1828)
Raden Adipati Suryanata, putra RAden Adipati Wiranata Dalem Sepuh Bogor Keturunan Cikundul. Raden Adipati Suryanata Menikah dengan Nyi Salamah, putrid Aria Sastradipura, (Bupati Karawang ke-9). Pada masa Pemerintahan Raden Adipati Suryanata, kantor dipindahkan dari Karawang ke Wanayasa (Purwakarta). Raden Adipati Suryanata wafat pada tahun 182 dimakamkan di Nusa Situ Wanayasa, Purwakarta.
  1. R. ADIPATI SURYAWINATA (1828-1849)
Raden Suryawinata alias Raden Haji Muhammad Sirod, putra Raden Adipati Wiranata Dalem Sepuh Bogor, (adik Raden Adipati Suryanata Bupati Karawang yang memerintah tahun 1821-1828). Pada masa pemerintahan pemerintahan, pusat pemerintahan masih di Wanayasa, selama 2 tahun, dan pada tahun 1830, pusat Pemerintahan dipindahkan dari Wanayasa ke Sindangkasih dan menamakan daerah tersebut di Purwakarta. Purwa artinya permulaan dan Karta, sama dengan Ramai atau hidup, dengan demikian nama Purwakarta baru dikenal di masa pemerintahan Raden Adipati Suryawinata. Pada tahun 1849 Raden Adipati Suryawinata dialihtugaskan menjadi Bupati Bogor hingga wafat tahun 1872. Raden Adipati Suryawinata Dikenal pula dengan sebutan Dalem Solawat atau Dalem Santri.
  1. RADEN MUHAMMAD ENOH (1849-1854)
Raden Muhammad Enoh, putra Dalem Aria Wiratanudatar VI, bergelar Raden Sastranagara. Taden Muhammad Enoh, wafat pada tahun 1854 dan dimakamkan di masjid agung Purwakarta.
  1. RADEN ADIPATI SUMADIPURA (1854-1863).
Raden Adipati Sumadipura, putra Raden Adipati Sastradipura (Bupati Karawang Ke-8) yang mengeluarkan pada tahun 1814 dengan sebutan lain Uyang Ajian, atau Dalem Sepuh. Raden Adipati Sumadipura, bergelar Raden Tumenggung Aria Sastradiningrat I. Beliau yang membangun Pendopo Kabupaten, Mesjid Agung dan Situ Buleud di Purwakarta. Raden Adipati Sumadipura, wafat pada tahun 1863 di Purwakarta dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
  1. RADEN ADIKUSUMAH (1863-1886)
Raden Adikusumah alias Apun Hasan, putra Uyang Ajian yang bergelar Raden Adipati Sastradiningrat II. Ia merilis pada tahun 1837, wafat pada tahun 1886 dan, dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
  1. RADEN SURYAKUSUMAH (1886-1911)
Raden Suryakusumah alias Apun Harun, putra Raden Adikusumah, bergelar Raden Sastradiningrat III, Raden Suryakusunah, wafat pada tahun 1935 dan dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
  1. RADEN TUMENGGUNG ARIA GANDANAGARA (1911-1925)
Raden Tumenggung Aria Gandanagara, Adik Raden Suryakusumah, bergelar Raden Adipati Sastradiningrat IV, Beliau juga dikenal dengan sebutan Dalem Aria. Raden Tumenggung Aria Gandanagara wafat pada tahun 1940 dimakamkan di Masjid Agung Purwakarta.
  1. RADEN ADIPATI SURYAMIHARJA (1925-1942)
Raden Suryamiharja, putra Raden Rangga Haji Muhammad Syafe'I asal Garut, bergelar Raden Adipati Songsong Kuning, Raden Adipati Aria Suryamiharja, merupakan Bupati Karawang menjadi masa pendudukan Jepang.
  1. RADEN PANDUWINATA (1942-1945)
Raden Panduwinata juga dikenal dengan sebutan Raden Kanjeng Pandu Suryadiningrat. Merupakan Bupati di masa pendudukan Jepang.
PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN DI SUBANG
  1. Raden Juarsa (1945-1948)
Berhubung sedang bergejolaknya Revolusi, maka di masa Pemerintahan Raden Juarsa, Pusat Pemerintahan Kabupaten Karawang dipindahkan dari Purwakarta ke Subang.
20      RADEN ATENG SURAPRAJA DAN, R. MARTA (1948-1949)
Pada tahun 1948-1949 di Kabupaten Karawang ditunjuk dua orang Bupati oleh dua Pemerintahan yang berbeda, yaitu,
  1. Radeng Ateng Surya Praja, adalah Bupati Karawang yang ditunjuk oleh Negara Pasundan (Bentuk Recomban).
  2. R. Marta adalah Bupati Karawang jaman Gerilya yang ditunjuk oleh Pimpinan Badan Pemerintahan Sipil Jawa Barat Bulan Oktober 1948.
PARA BUPATI KARAWANG YANG BERKEDUDUKAN KEMBALI DI KARAWANG
  1. RM HASAN SURYA SACA KUSUMAH (1949-1950)
RM Surya Saca Kusumah, Bupati Karawang yang diangkat oleh Republik Indonesia, Serikat (RIS) Sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 tahun 1950 tentang pembentukan daerah di lingkungan Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Maka pada saat itu Kabupaten Karawang terpisah dari Kabupaten Purwakarta, Ibukota Kabupaten Karawang adalah di Karawang. Sedang Ibukota Purwakarta tetap di Kabupaten Subang. Dalam Sumber lain yang disebut keputusan Wali Negeri Pasundan nomor 12 tanggal 29 Januari 1949. Kabupaten Karawang menjadi dua Bagian yaitu Kabupaten Karawang Barat dan Kabupaten Karawang Timur (Kabupaten Purwakarta) di Subang, Kabupaten Karawang Barat dengan wilayah kewedanan Karawang, Rengasengklok, Cikampek, Cikarang, Tambun, dan Sarengseng.
  1. RADEN RUBAYA (1950-1951)
Raden Rubaya putra Raden Suryanatamiharja, asal Sumedang, yang orientasi Wedana Leles, di Garut. Raden Rubaya mewarnai jabatan Bupati Karawang pada tahun 1950-1951.
  1. MOH. TOHIR MANGKUDIJOYO (1951-1960)
Moh Tohir Mangkudijoyo Putra Jaka, Asal Karanganyar - Jawa Tengah, pada masa Pemerintahannya, Beliau didampingi oleh Kepala Daerah Moh.Ali Muchtar, putra Cakrawiguna (Komis Pos Plered) asal Jatisari. Pada Tahun 1950 hingga 1959 Kabupaten bentang tiga pergantian pemerintahan daerah.
PERTAMA; Pemerintahan Daerah Sementara, yang berlangsung pada tanggal 30 Desember 1950 sampai dengan tanggal 22 September 1956 yang terdiri atas.
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Sementara (DPRS) sebagai unsur Legislatif diketuai oleh M. Sukarmawijaya.
  2. Dewan Pemerintahan Daerah Sementara (DPRS) sebagai Eksekutif. Diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo, dengan Wakil Ketua Suhud Hidayat.
KEDUA; Pemerintah Daerah Peralihan yang berlangsung tanggal 22 September 1956 - 23 Januari 1958, terdiri dari:
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRDP), sebagai tidak yakin Legislatif, diketuai oleh A.Samosir Gultom.
  2. Dewan Pemerintahan Rakyat Daerah Peralihan (DPDP) .sebagai unsure Eksekutif diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo.
KETIGA; Pemerintahan Daerah
Hasil Pemilihan Umum tahun 1955 yang berlangsung dari tanggal 25 Januari 1958 sampai dengan 20 Oktober 1959, terdiri dari:
  1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRDP) sebagai tidak yakin Legislatif diketuai oleh Samosir Gultom.
  2. Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) sebagai Unsure Eksekutif diketuai oleh Moh. Tohir Mangkudijoyo.
  1. LETKOL INF.H.HUSNI HAMID (1960-1971)
Letnan Kolonel INF. H. Husni Hamid, putra ketiga haji Abdul Hamid asal Cilegon Banten. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang Jabatan Beliau adalah Dandim 0604 Karawang.Berdasarkan Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1960, Jabatan Bupati merangkap sebagai Kepala Daerah dan Ketua DPRD-GR, namun peraturan tersebut dirubah lagi oleh undang- undang undang Nomor 19 tahun 1963, yang menyatakan bahwa Jabatan Bupati tidak lagi merangkap sebagai ketua DPRD-GR, pada periode tahun 1964-1968, Bupati Karawang Letnan Kolonel INF H.Husni Hamid, didampingi Ketua DPRD-GR Kosim Suchuri, putra Haji Ahmad Sa ' id. Letnan Kolonel INF.Husni Hamid, wafat tahun 1980 dan dimakamkan di Cikutra Bandung, Pada masa ini telah dimulai di Pembangunan Kota Karawang Negara Utara.
  1. KOLONEL INF.SETIA SYAMSI (1971-1976)
Kolonel INF, Setia Syamsi, putra E. Suparman asal Bandung, penggilingan pada tanggal 3 April 1926, Jabatan Beliau sebelum menjadi Bupati Karawang, adalah Dan Dim 0604 Karawang (1964-1969) Kepala Staf. Brig.12 / Guntur Dam, VI / Siliwangi di Cianjur (1969-1971).
  1. KOLONEL INF. TATA SUWANTA HADISAPUTRA (1976-1981)
Kolonel INF.Tata Suwanta Hadisaputra, putra Taslim Kartajumena, asal Cirebon, butuh di Bandung pada tanggal 23 April 1924, Jabatan Dahulu menjadi Bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang, Adalah Dan Dim Garut, kemudian dialihkan ke Korem Tarumanegara di Garut, Anggota DPRD TK I Jawa Barat, di Bandung. Kolonel INF. Tata Suwanta Hadisaputra sewaktu disesuaikan Bupati Kepala Daerah Tk.II Karawang didampingi oleh Ketua DPRD Letnan Kolonel INF RH Jaja Abdullah sampai dengan tanggal 7 Juli 1977, Ketua DPRD selanjutnya yang mendampingi Beliau mulai tanggal 26 Agustus 1977, adalah Letnan Kolonel INF, Sujana Priyatna.
  1. KOLONEL CPL. H. OPON SOPANDJI (1981-1986)
Kolonel CPL. H. Opon Sopandji, putra Atmamiharja asal Sukapura Tasikmalaya. SEBELUM menjabat Bupati Kepala Daerah Tk.IIKarawang beliau Adalah sebagai Ketua DPRD Kabupaten Bogor, semasa menjabat Bupati Daerah Tk.II Karawang, Kolonel CPL. H. Opon Sopandji didampingi oleh Ketua DPRD Letnan Kolonel Inf. H. Sujana Priyatna.
  1. KOLONEL CZI. H. SUMARNO SURADI
Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi, putra Suradi asal Bandung. Sebelumingat Bupati Daerah Tingkat II Karawang. Beliau menjabat sebagai Markas Badan Pertahanan Sipil (Kamawil) VIII Daerah Tingkat Provinsi Jawa Barat. Selama Mengingat Bupati Daerah Tingkat II Karawang, Kolonel CZI. H. Sumarno Suradi, didampingi oleh Keua DPRD Kolonel Inf.H Sujana Priyatna, sampai dengan tanggal 16 Juli 1992, Ketua DPRD yang mendampingi beliau selanjutnya adalah Kolonel INF. H. Jamal Safiudin, yamgokuskan di Bandung pada tanggal 16 Juli 1938.
  1. KOLONEL INF. DRS DADANG S. MUCHTAR
Kolonel INF, Drs H. Dadang S. Muchtar, putra RE. Herman, asal Cirebon di Klangenan Cirebon pada tanggal 4 September 1952. Sebelum bupati Kepala Daerah Tingkat II Karawang. Beliau melayani Asisten Logistik (Aslog) Kodam III Siliwangi (1996) dalam mengemban tugasnya beliau didampingi oleh Ketua DPRD Kolonel INF. H. Jamal Safiudin sampai dengan tanggal 3 Agustus 1999, kemudian yang mendampingi beliau adalah Adjar Sujud Purwanto, putra ASWagianto seorang pejuang 45 dari Cikampek. Namun pada tanggal 21 Pebruari 2000, Kolonel INF, Drs. H. Dadang S. Muchtar resmi berhenti dan kembali ke Mabes TNI.
  1. PLT. RH. DAUD PRIATNA SH.M.SI (2000)
RH Daud Priatna SH, M.Si. putra R. Khoesoe Abdoelkohar, asal Pedes Karawang, lahir pada tanggal 29 Juli 1941. berdasarkan SK. Menteri Dalam Negeri Nomor 131.32.055 tanggal 21 Pebruari 2000. Ditunjuk, Disamping Tugas dan Jabatan Wakil Bupati, merangkap sebagai Sekwilda Tingkat II Subang dan dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Adjar Sujud Purwanto.
  1. LETKOL (PURN) ACHMAD DADANG, PERIODE (2000-2005)
Letnan Kolonel (Purn) Achmad Dadang, putra Tjasban, putra daerah Karawang, Lahir pada tanggal 8 Agustus 1948, di Desa Cikalong Cilamaya, dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 16 Desember 2000, oleh Gubernur R.Nuriana berdasarkan SK Mendagri dan Otonomi Daerah Nomor ; 312.32.583 bersama Drs. HD Shalahudin Muftie, putra H. Jamil Bin Yusup, lahir di Karawang pada tanggal 3 Nopember 1945, sebagai Wakil Bupati Karawang. Sebelumahit Bupati Karawang beliau menjabat sebagai Dandim Aceh Timur Langsa dan Ketua DPRD Tingkat II Aceh Timur Langsa. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Kabupaten Karawang Adjar Sujud Purwanto, dilanjutkan oleh Slamet Djayusman, yang selanjutnya oleh H. Endi Warhendi
  1. PLT. DRS. HD SHALAHUDIN MUFTIE MSi, PERIODE NOPEMBER - 
DESEMBER 2005
Drs. HD. Shalahudin Muftie, putra H. Jamil Bin Yusup, lahir di Karawang pada tanggal 3 Nopember 1945. Berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1017 tahun 2005 tugas dan kewajiban sebagai Plt. Bupati Karawang sampai dengan tanggal 15 Desember 2005.
  1. Drs. DADANG S. MUCHTAR PERIODE 2005-2010
Drs. H. Dadang S. Muchtar, putera RE. Herman asal Cirebon, melepaskan pada tanggal 4 September 1952 di Klangenan Cirebon. Kembali memimpin Kabupaten Karawang hasil pilihan rakyat langsung pada Pilkada tahun 2005. Dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 16 Desember 2005 oleh Gubernur Jawa Barat Drs. Danny Setiawan berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1035 tahun 2005, bersama Hj. Eli Amalia Priyatna, puteri Kolonel (Purn) Sudjana Priyatna lagir di Garur pada tanggal 8 Nopember 1950. sebagai Wakil Bupati Karawang berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32.1036 tahun 2005. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh H. Endi Warhendi sebagai Ketua DPRD Kabupaten Karawang periode tahun 2004 -2009, Dikirim oleh Karda Wiranata, SH. Menjadi Ketua DPRD periode 2009-2014.
  1. PLT. Ir. H. IMAN SUMANTRI, PERIODE DESEMBER 2010
Ir. H. Iman Sumantri, putera Walikota (Purn) Ishak Iskandar, lahir di Cimahi Bandung pada tanggal 15 Nopember 1956, dan berdasarkan keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 131 / Kep.1714-Pem-Um / 2010 , tanggal 15 Desember 2010 melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pelaksana Tugas Bupati Karawang dari tanggal 17 Desember sampai dengan 27 Desember 2010.
  1. Drs. H. ADE SWARA, MH, PERIODE 2010-2015
Drs. H. Ade Swara, MH, putera H. Edi Suhendi, lahir di Ciamis pada tanggal 15 Juni 1960. Merupakan Bupati terpilih hasil Pemilukada Kab. Karawang Tahun 2010. Dilantik sebagai Bupati Karawang pada tanggal 27 Desember 2010 oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32-1067 tahun 2010 bersama dr. Cellica Nurachadiana, puteri H. Deden Fuad N. lahir di Bandung pada tanggal 18 Juli 1980, sebagai Wakil Bupati Karawang berdasarkan Kepmendagri Nomor 131.32-1068 tahun 2010. Dalam mengemban tugasnya didampingi oleh Ketua DPRD Kabupaten Karawang Karda Wiranata, SH terbit oleh Tono Bahtiar, SP.
36. CELLICA NURRACHADIANA, PERIODE 2015-SEKARANG 
Cellica Nurrachadiana (lahir di Bandung, 18 Juli 1980; umur 38 tahun) adalah Bupati Karawang untuk masa bakti 2015-2020. Sebelumnya, sebagai Wakil Bupati Karawang untuk masa bakti 2010-2015. Ia dinobatkan sebagai Wakil Bupati termuda se-Indonesia saat itu.
Cellica menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam pemilihan umum 2009 dan dilantik tanggal 31 Agustus 2009.
Dalam pilkada 2010, ia maju sebagai wakil Ade Swara dan menang dengan perolehan suara 38,8%, mengalahkan petahana Sonny Gersona. Mereka dilantik pada 27 Desember 2010. Pengganti Cellica di DPRD baru diangkat pada Juni 2011.
Sumber Naskah:
  • Pemda Kabupaten Karawang
  • Wikipedia.com